Definsi Touring disini adalah
mengunjungi suatu objek pariwisata dengan menggunakan sepeda motor, ini kali
pertama saya mengikuti kegiatan semacam ini, itung-itung ngisi waktu
long-weekend tahun baru 4 hari ini, dan tujuan kami adalah pantai pangandaran,
sebuah objek wisata yang dulunya berada di kabupaten ciamis – Jawa Barat,
tetapi bakalan menjadi milik kabupaten Pangandaran yang baru mekar.
Day 1
– The Accident
Jujur, touring yang ini persiapan
nya kurang matang, saya aja baru mastiin fix atau nggak ikutnya pas H-1, plus
belum punya jas hujan, motor belum dicuci, terakhir servis 1 bulan yang lalu
haha, namun ternyata yang ikut ada 10 orang, banyak juga, selain saya, ada
hasan, haris, adi, ahmed, zen, iconk (temen kosnya zen), fathi, plus 2 orang
cewek, mbak alit ama oka, rencananya berangkat jam 6 dari kantor, tapi diundur
jadi jam setengah 7 di pramuka, soalnya saya ama hasan baru bangun jam 5,45
lol, walaupun begitu perjalanan tetap di lanjutkan, kami mengendarai motor ke
arah bekasi, kemudian cikampek, cikarang, purwakarta, dan bandung, perjalanan
diisi dengan beberapa kali berhenti di pom bensin, untuk istirahat, mengisi
bahan bakar dan mengecek GPS sebab ga satupun dari kami yang benar-benar paham
jalur ke bandung menuju rute ini haha. Di fase sampai bandung, barisan touring
masih rapi, ahmad paling depan, terus berturut-turut fathi+oka, adi,
saya+hasan, haris+mba alit, dan iconk + zen, namun beberapa menit setelah lewat
bandung, rombongan terpisah, walaupun akhirnya kami berkumpul lagi di bypass
setelah cileunyi ke arah garut.
Nah begitu memasuki jalur selatan
mudik, khususnya beberapa saat setelah memasuki nagrek ke arah malangbong,
hujan turun cukup deras, tapi anehnya si ahmed ga nurunin kecepatan dibawah
60km/jam, padahal saat itu hujan + turunan cukup tajam + jalannya yang belum
sempurna, adi ama fathi masih niat buat ngikutin jejak ahmed, saya sendiri jadi
ikut-ikutan make speed segitu, soalnya sewaktu kejadian yang serupa sebelumnya
saat beberapa km lewat ciheurem, saya ragu buat nunggu haris+iconk yang
dibelakang atau ngejar ahmed+fathi+adi di depan, alhasil saya dan hasan
terpisah sendiri, ga ada yang di depan dan yang dibelakang juga ga keliatan
haha. Dan terjadilah insiden itu, fathi agak selip dan akhirnya tergelincir bersama
motornya, saya ngeliat sendiri pas si oka jatuh, ngeri cuy, untungnya mereka ga
kenapa-kenapa cuma luka ringan, kamipun memutuskan untuk mampir ke bidan
sebentar ngecek kondisi mereka kedua, dan menanyakan apakah mereka masih pingin
lanjut atau nggak, setelah memastikan kondisi oka dan fathi, ternyata mereka
masih pengen lanjut ke pangandaran, melihat waktu yang tersisa kami memutuskan
untuk mengubah rencana awal kami yang nginep langsung di pangandaran malam itu,
setelah istirahat sejenak di warung tahu sumedang, yang tahunya enak (ya
iyalah) haha, kamipun lanjut mengendarai motor dari subang ke tasikmalaya.
Spooky, but cool itu reaksi pertama
saya ketika tiba-tiba dijalan yang kami lalui muncul kabut, really that mist was fuckin awesome,
sumpah keren abis kayak di film silent hill, bener-bener kabut putih, tapi di
lain sisi jadi ngeri, jarak pandang ke depan ga nyampe 10 meter, jalanan licin,
tikungan ama tanjakan turunan yang curam dan tajam, membuat kami harus ekstra
hati-hati di sepanjang jalan itu. Tapi
untungnya saat itu macet, jadi banyak cahaya, dan otomatis membuat kami mengendarai
motor dengan lebih pelan. Kejadian berikutnya ga kalah seru, hujan kembali
turun setelah lewat area berkabut tadi, otomatis membuat kaca helm saya menjadi
buram terkena air, plus kacamata saya juga ikut-ikutan basah, jadi saat itu
saya harus berhenti beberapa kali hanya untuk melap kacamata saya. Ngeri juga
naik motor sambil make kacamata yang burem, cahaya kuning kendaraan di arah
berlawanan yang nyorot ke helm bikin bener-bener blind-spot selama 2 detik,
harus bener-bener konsentrasi.
Untungnya, kami akhirnya sampai di
kota tasikmalaya, kamipun mutusin buat nyari penginapan, berhubung waktu dah
nunjukin lewat jam 9 malam, akhirnya di pinggir jalan nemu hotel maribaya
indah, kami pun mampir dan menyewa 5 kamar tidur dengan total 440rb, akhirnya
badan yang lelah ini dikasi istrihat juga haha, perjalanan hari pertamapun
berakhir bersamaan dengan tidurnya saya mendahului si adi haha.
Day 2
– The Beaches
Setelah istirahat yang benar-benar
menyegarkan di tasikmalaya, pejalanan dilanjutkan kembali pagi harinya sekitar
jam 7, melewati kabupaten ciamis dan banjar sebelum memasuki kawasan pantai
pangandaran.
Perjalanan pagi hari saat itu, cukup menyenangkan, soalnya cuacanya masih sejuk dan sepi, tetapi semua berubah ketika negara api menyerang haha, maksudnya beberapa kilometer sebelum pantai pangandarannya, jalannya tiba-tiba berubah menjadi jalanan yang rusak, dan motor saya yang belum sempet di servispun menggeretak dengan berisiknya -__-“, setelah sekitar 4 jam-an perjalanan, kamipun nyampe di pantai pangandaran, panase cuk! Ga tahan, ternyata pengunjungnya rame banget, maklum pas malam tahun baru, dan kebetulan ada semacam stage gede di kawasan pangandaran saat itu, kayaknya buat manggung band-band pengisi malam tahun baruan. Tapi ini kawasan pinggir pantainya masih ga teratur banget, udah panas, banyak debu, mobil-mobil macet, plus nyari parkir aja bingung, ternyata parkir motornya agak masuk ke dalam, mirip markir motor di pantai yang belum banyak pengunjungnya gitu, dan anak-anak pada khawatir ninggalin motor disana, takut dibawa kabur orang, emang sih rada ga meyakinkan, tapi akhirnya kami tetep memutuskan markir disana sambil berdoa motornya masih utuh saat kami kembali nanti.
Maribaya Hotel
Perjalanan pagi hari saat itu, cukup menyenangkan, soalnya cuacanya masih sejuk dan sepi, tetapi semua berubah ketika negara api menyerang haha, maksudnya beberapa kilometer sebelum pantai pangandarannya, jalannya tiba-tiba berubah menjadi jalanan yang rusak, dan motor saya yang belum sempet di servispun menggeretak dengan berisiknya -__-“, setelah sekitar 4 jam-an perjalanan, kamipun nyampe di pantai pangandaran, panase cuk! Ga tahan, ternyata pengunjungnya rame banget, maklum pas malam tahun baru, dan kebetulan ada semacam stage gede di kawasan pangandaran saat itu, kayaknya buat manggung band-band pengisi malam tahun baruan. Tapi ini kawasan pinggir pantainya masih ga teratur banget, udah panas, banyak debu, mobil-mobil macet, plus nyari parkir aja bingung, ternyata parkir motornya agak masuk ke dalam, mirip markir motor di pantai yang belum banyak pengunjungnya gitu, dan anak-anak pada khawatir ninggalin motor disana, takut dibawa kabur orang, emang sih rada ga meyakinkan, tapi akhirnya kami tetep memutuskan markir disana sambil berdoa motornya masih utuh saat kami kembali nanti.
Dan jujur, pantainya ga terlalu
menarik, super panas, dan agak kotor, tapi saya herannya banyak banget
anak-anak yang mandi disana bersama orang tuanya, tapi mungkin orang-orang yang
disana ngeliat kami lebih aneh lagi, kami kepantai dengan pakaian kayak jaket,
celana panjang, sepatu casual, plus nenteng-nenteng helm hahaha, kami sempet
diskusi bentar dibawah “gazebo” jejadian, membahas, apakah kami akan
menghabiskan waktu jalan-jalan di pantai pangandaran ini, atau beralih haluan
ke green canyon. Saya jujur lebih memilih ke green canyon, soalnya memang itu
penyebab utama saya pengen ikutan touring, tapi sepertinya temen-temen yang
lain udah ga kuat jalan lagi, alhasil keputusannya, kita ngabisin waktu di
pangandaran, dan ke green canyon kalo masih ada waktu.
Karena yang di bagian sini kurang
menarik, kamipun mutusin buat nyebrang ke kawasan pasir putih, nyewa 1 sampan,
yang dikenakan charge 15rb per orangnya, tapi ini gila sumpah, naik perahu
kecil ke pulau seberang ngelawan ombak, beneran dah ini pengalaman pertama,
naik perahu yang langsung nerjang ombak, jadi kayak wahana di dufan hahaha,
tapi aslilah keren. Sekitar 10 menit kemudian kami sudah menepi di kawasan
pantai putih, nah pantai yang ini baguss, masih biru ke ijauan gitu airnya,
plus pasirnya putih n banyak pohon rindang, kerenlah, satu hal yang
disayangkan, ombaknya gede, padahal katanya lumayan bagus biota bawah lautnya,
jadi memungkinkan buat snorkeling, tapi gimana mau snorkeling ombaknya gede
gitu?? Akhirnya kami menemukan spot yang nyaman buat tidur-tiduran dengan
desiran angin laut, suara ombak yang bersahutan, plus “pemandangan” yang
menarik mata hahaha. Haris ama Hasan mutusin buat muterin cagar alamnya, oh ya
di pulau ini selain pantai juga ada cagar alam, katanya sih banyak monyet yang
berkeliaran bebad plus ada ursa eh rusa cuy! Haha, sementara itu Iconk dengan
semangatnya nyemplung ke laut, awalnya sendiri, karena Fathi ama Ahmed
malu-malu haha, akhirnya mereka bertiga, plus Oka dan Mbak Alit, main-main di pantai,
sisanya saya, Zen, dan Adi jadi pria-pria galau yang tidur-tiduran di tikar
sambil ngobrol haha.
Sekitar 1 ½ jam disana, kami pun
nyebrang kembali ke pangandaran, langsung mampir makan siang di warung padang
(telur dadarnya enak nih disini) dan kembali ke parkiran sekitar jam 3, karena
udah sore akhirnya batal ke green canyon :(, agak kecewalah but it is not about the destination, but it is
about the journey right? Haha (menghibur diri sendiri), pulangnya bikin
emosi aja, ketemu ama gerombolan orang-orang yang touring juga, ngeselin karena
3 hal, 1. Mereka berlagak kayak yang punya jalan, ngambil ¾ jalan,
teriak-teriak sambil ngelambain tangan yang kesannya nyuruh kita buat minggir
berasa raja lewat swt, 2. Knalpotnya, super berisik, lu pikir lu valentino
rossi? Aneh-aneh aja, motor bebek kok ya dibikin kaya gitu -__-“ dan yang ke-3
norak abis!, bawa-bawa bendera, tongkat polisi lah bahkan ada yang bawa bendera
persib, mau ngapain mas? Nonton bola? kok ya di pangandaran olahraga baru kali
ya bola pantai zz. Eh, pas keselnya udah reda, tiba-tiba hujan lagi, kami
langsung memakai jas hujan, dan berhent di pom bensin bentar, anak-anak mau
sholat, lanjut jalan masih hujan, kejadian yang sama terjadi lagi kaca burem,
kaca helm juga burem, sampai akhirnya saya mutusin buat lepasin kacamata,
untungnya minus saya Cuma 1 ½ jadi walaupun agak ga jelas, masih lebih mending
dibanding pake kacamata yang burem kena air hujan, si Fathi ampe ga berani bawa
motor (minusnya jauh lebih gede), setelah mampir makan di “kota ciamis” kamipun
mencari hotel disekitar sana, akhirnya nemu hotel larissa, lebih jelek sih dari
yang di tasik, tp ya gpp, kami mesen 3 kamar + 3 extra bed total 480rb. Karena
sekamar berempat jadi lebih rame,, tapi tetep aja saya tepar paling pertama, padahal
niatnya pengen begadang selama setahun hari itu haha.
Hotel Larissa
3. The
Immaturity
Immaturity, karena saya ngerasa diri
saya masih kekanakan di hari itu, masih gampang emosian, berfikir negatif,
pokoknya bener-bener hari ke-3 ini hari yang paling nguras tenaga ama pikiran,
hati ama pikiran sama-sama panas haha. Jadi seperti biasa, kami berangkat dari
hotel larissa ciamis sekitar jam ½ 8 soalnya dapet sarapan nasi goreng ternyata
dari hotelnya. Sebenarnya perjalanan awalnya asik, dari ciamis ke majalengka,
jalannya bagus, Cuma sedikit yang bergelombang, dan viewnya juga mantep, kami
sempet mampir ke salah satu pom bensin di daerah majalengka, yang ternyata
punya back-side dengan viewnya yang bagus, view terrasering, gunung plus sawah,
plus lagi ada kios kecil yang ngejual gorengan dengan harga 500 per
gorengannya, absolutely one of the
greatest SPBU I’ve ever visited haha soalnya toiletnya juga besar2 n
bersih. Lanjut, ke arah subang, kami lewat jalan semacam bypass yang masih
sepi, sumpah sepi banget, lancar abis, ga ada traffic light, pom bensin,
persimpangan, pokoknya 30 km ga kerasa, apalagi di beberapa spot jalannya kita
bisa ngeliat kupu-kupu beterbangan haha, serius kayak di film-film jadi sambil
naik motor, banyak kupu-kupu yang lewat dan melintas, keren lah, tapi ya
konsekunesinya panas banget, punggung tangan makin kebakar, makin belang deh
haha.
Nah, di persimpangan subang ke arah
jakarta lah mulai macet, jalan berlubang dan mulai timbul emosi di sepanjang
jalur ini, emosi soalnya saya ngerasa mereka terlalu gimana ya, tiap kali
berhenti, mau itu ngisi bensin, masang atau nyopot jas hujan (kebetulan pas itu
hujannya labil, sebentar hujan sebentar reda), pasti ngeliat GPS a.k.a google
map, bagus sih, cuma aneh aja, ini perasaan kita jalannya ga ada beloknya deh
lurus-lurus aja, ya tinggal ngikutin aja kan, jadi ngebuang waktu 2-3 menit cuma
buat ngecek posisi di google map, Akhirnya sampe juga di “kota” subangnya
sekitar jam 1an, nah disini kejadian ngeselin kedua dimulai, emang sih jakarta
tinggal 160km lagi, tapi bukan jadi alasan nyante-nyante kan, pertama mereka
keliling subang buat nyari masjid agung, eh nyampe di mesjidnya malah ga ada
airnya, kebuang percuma waktunya, kedua makan, lagi-lagi di warung padang (apa
ga ada warung lain haha), disana juga agak lama, ketiga, setelah akhirnya
mampir di mesjid yang lain, eh malah pada tidur -__-“, saya ga tau ini antara
emang capek apa kebiasaan, tapi kesannya itu lho, jakarta masih jauh, keburu
kemaleman. Sekitar jam ½ 3an akhirya kami berangkat lagi ke jakarta, ngelewatin
jalur purwakarta yang sama pas berangkat, eh ga taunya jalurnya dialihkan, nah
disini saya kesel lagi, masih aja ngecek gps, berusaha nyari jalur lain, ya
aneh ajal lah, kalau di alihin ya udah pasti disediain jalur alternatiflah ini
ujung-ujungnya ngabisin 5-10 menit dan tetep ngikutin jalur alternatif (you
don’t say -__-“).
Nah, kemudian hal yang paling
mengesalkan terjadi, sampai di daerah karawang, kami terpisah lagi, dan bahkan
saya, ahmed dan adi sampai tersesat ke pintu masuk tol karawang-jakarta –a.
Setelah tau jalan yang bener akhirnya kami berkumpul lagi di lotte mart
cikarang, nah disini mulai kesel lagi, mereka malah asik membahas kenapa saya
telat zzz. Waktu berangkat kembali, cuaca mulai gerimis sewaktu kami tiba di
bekasi, dan lagi-lagi kami terpencar-pencar di bekasi, saya dan ahmed ntah
berada di daerah mananya bekasi zzz, dan yang lain juga saling ga tau dimana,
untungnya si hasan masih ingat jalan ke kalimalang stelah kami bertanya ke
berbagai macam pedagang di pinggir jalan, akhirnya saya dan hasan berjalan
dengan speed under 40kmh soalnya untuk ketiga kalinya dalam tiga hari berturut-turut
hujan dan kacamata ini burem, kami janjian ngumpul di sekitar pasar genjing
buat makan malam, waktu itu, jam sudah menunjukkan pukul ½ 9, dan ternyata
malah kami yang nyampe duluan disana (sedikit takjub mengingat kami banyak stop
buat nanya, plus speed yang lambat hehe).
Di Pasar Genjing itu, kami akhirnya
beristirahat, menikmati segelas susu jahe dan makanan angkringan khas jogja,
disana saya baru sadar, saya terlihat tidak dewasa saat saya dengan ketus
menyuruh yang lain untuk cepat-cepat ke Jakarta, hehe, but despite everything that have already happened, that journey was really
one of the most meaningful one in the year before hehe, maaf kalo emosi saya masih belum stabil hehe, memang setiap
perjalanan selalu memberikan pelajaran bukan? :)
"It is good to have an end to journey toward; but it is the journey that matters in the end"
- Ernest Hemingway -
Tips
*Pastikan kondisi motor
udah bagus, cek ban, rem, spion dll, jangan lupa bawa jas hujan, helm yang
sesuai standar, jaket, dan sarung tangan (biar ga belang kaya tangan saya)
*Siapkan fisik, bawa
obat kalo perlu, ama siapin mental, banyak hal yang ga terduga yang mungkin
terjadi selama di perjalanan.
*Hati-hati bawa
motornya, jangan ngebut-ngebut, terutama waktu hujan dan turunan tajam, jangan
nyalip di belokan, lampu dan klakson siap sedia, ya pokoknya standar
berkendaralah.
·
*Cari tau mau kemana, dan bagaimana cara kesananya, biar ga sedikit-sedikit berhenti, jadi lebih efisien, dan tentuin mau ke objek wisata mana aja.
*Cari tau mau kemana, dan bagaimana cara kesananya, biar ga sedikit-sedikit berhenti, jadi lebih efisien, dan tentuin mau ke objek wisata mana aja.
P
0 comments:
Post a Comment