Not all scars show, not all wounds heal. Sometimes you can't always see, the pain someone feels

- -

Tuesday, January 8, 2013

Tour D'Pangandaran



            Definsi Touring disini adalah mengunjungi suatu objek pariwisata dengan menggunakan sepeda motor, ini kali pertama saya mengikuti kegiatan semacam ini, itung-itung ngisi waktu long-weekend tahun baru 4 hari ini, dan tujuan kami adalah pantai pangandaran, sebuah objek wisata yang dulunya berada di kabupaten ciamis – Jawa Barat, tetapi bakalan menjadi milik kabupaten Pangandaran yang baru mekar.

Day 1 – The Accident

           Jujur, touring yang ini persiapan nya kurang matang, saya aja baru mastiin fix atau nggak ikutnya pas H-1, plus belum punya jas hujan, motor belum dicuci, terakhir servis 1 bulan yang lalu haha, namun ternyata yang ikut ada 10 orang, banyak juga, selain saya, ada hasan, haris, adi, ahmed, zen, iconk (temen kosnya zen), fathi, plus 2 orang cewek, mbak alit ama oka, rencananya berangkat jam 6 dari kantor, tapi diundur jadi jam setengah 7 di pramuka, soalnya saya ama hasan baru bangun jam 5,45 lol, walaupun begitu perjalanan tetap di lanjutkan, kami mengendarai motor ke arah bekasi, kemudian cikampek, cikarang, purwakarta, dan bandung, perjalanan diisi dengan beberapa kali berhenti di pom bensin, untuk istirahat, mengisi bahan bakar dan mengecek GPS sebab ga satupun dari kami yang benar-benar paham jalur ke bandung menuju rute ini haha. Di fase sampai bandung, barisan touring masih rapi, ahmad paling depan, terus berturut-turut fathi+oka, adi, saya+hasan, haris+mba alit, dan iconk + zen, namun beberapa menit setelah lewat bandung, rombongan terpisah, walaupun akhirnya kami berkumpul lagi di bypass setelah cileunyi ke arah garut.

       Nah begitu memasuki jalur selatan mudik, khususnya beberapa saat setelah memasuki nagrek ke arah malangbong, hujan turun cukup deras, tapi anehnya si ahmed ga nurunin kecepatan dibawah 60km/jam, padahal saat itu hujan + turunan cukup tajam + jalannya yang belum sempurna, adi ama fathi masih niat buat ngikutin jejak ahmed, saya sendiri jadi ikut-ikutan make speed segitu, soalnya sewaktu kejadian yang serupa sebelumnya saat beberapa km lewat ciheurem, saya ragu buat nunggu haris+iconk yang dibelakang atau ngejar ahmed+fathi+adi di depan, alhasil saya dan hasan terpisah sendiri, ga ada yang di depan dan yang dibelakang juga ga keliatan haha. Dan terjadilah insiden itu, fathi agak selip dan akhirnya tergelincir bersama motornya, saya ngeliat sendiri pas si oka jatuh, ngeri cuy, untungnya mereka ga kenapa-kenapa cuma luka ringan, kamipun memutuskan untuk mampir ke bidan sebentar ngecek kondisi mereka kedua, dan menanyakan apakah mereka masih pingin lanjut atau nggak, setelah memastikan kondisi oka dan fathi, ternyata mereka masih pengen lanjut ke pangandaran, melihat waktu yang tersisa kami memutuskan untuk mengubah rencana awal kami yang nginep langsung di pangandaran malam itu, setelah istirahat sejenak di warung tahu sumedang, yang tahunya enak (ya iyalah) haha, kamipun lanjut mengendarai motor dari subang ke tasikmalaya.

Istirahat Pasca Kecelakaan, @RM Tahu Sumedang

        Spooky, but cool itu reaksi pertama saya ketika tiba-tiba dijalan yang kami lalui muncul kabut, really that mist was fuckin awesome, sumpah keren abis kayak di film silent hill, bener-bener kabut putih, tapi di lain sisi jadi ngeri, jarak pandang ke depan ga nyampe 10 meter, jalanan licin, tikungan ama tanjakan turunan yang curam dan tajam, membuat kami harus ekstra hati-hati  di sepanjang jalan itu. Tapi untungnya saat itu macet, jadi banyak cahaya, dan otomatis membuat kami mengendarai motor dengan lebih pelan. Kejadian berikutnya ga kalah seru, hujan kembali turun setelah lewat area berkabut tadi, otomatis membuat kaca helm saya menjadi buram terkena air, plus kacamata saya juga ikut-ikutan basah, jadi saat itu saya harus berhenti beberapa kali hanya untuk melap kacamata saya. Ngeri juga naik motor sambil make kacamata yang burem, cahaya kuning kendaraan di arah berlawanan yang nyorot ke helm bikin bener-bener blind-spot selama 2 detik, harus bener-bener konsentrasi.

Tasikmalaya, after the mist and the rain

          Untungnya, kami akhirnya sampai di kota tasikmalaya, kamipun mutusin buat nyari penginapan, berhubung waktu dah nunjukin lewat jam 9 malam, akhirnya di pinggir jalan nemu hotel maribaya indah, kami pun mampir dan menyewa 5 kamar tidur dengan total 440rb, akhirnya badan yang lelah ini dikasi istrihat juga haha, perjalanan hari pertamapun berakhir bersamaan dengan tidurnya saya mendahului si adi haha.

Day 2 – The Beaches

         Setelah istirahat yang benar-benar menyegarkan di tasikmalaya, pejalanan dilanjutkan kembali pagi harinya sekitar jam 7, melewati kabupaten ciamis dan banjar sebelum memasuki kawasan pantai pangandaran.


Maribaya Hotel

Perjalanan pagi hari saat itu, cukup menyenangkan, soalnya cuacanya masih sejuk dan sepi, tetapi semua berubah ketika negara api menyerang haha, maksudnya beberapa kilometer sebelum pantai pangandarannya, jalannya tiba-tiba berubah menjadi jalanan yang rusak, dan motor saya yang belum sempet di servispun menggeretak dengan berisiknya -__-“, setelah sekitar 4 jam-an perjalanan, kamipun nyampe di pantai pangandaran, panase cuk! Ga tahan, ternyata pengunjungnya rame banget, maklum pas malam tahun baru, dan kebetulan ada semacam stage gede di kawasan pangandaran saat itu, kayaknya buat manggung band-band pengisi malam tahun baruan. Tapi ini kawasan pinggir pantainya masih ga teratur banget, udah panas, banyak debu, mobil-mobil macet, plus nyari parkir aja bingung, ternyata parkir motornya agak masuk ke dalam, mirip markir motor di pantai yang belum banyak pengunjungnya gitu, dan anak-anak pada khawatir ninggalin motor disana, takut dibawa kabur orang, emang sih rada ga meyakinkan, tapi akhirnya kami tetep memutuskan markir disana sambil berdoa motornya masih utuh saat kami kembali nanti.

Parkir Pangandaran

Sailing against the waves and current

        Dan jujur, pantainya ga terlalu menarik, super panas, dan agak kotor, tapi saya herannya banyak banget anak-anak yang mandi disana bersama orang tuanya, tapi mungkin orang-orang yang disana ngeliat kami lebih aneh lagi, kami kepantai dengan pakaian kayak jaket, celana panjang, sepatu casual, plus nenteng-nenteng helm hahaha, kami sempet diskusi bentar dibawah “gazebo” jejadian, membahas, apakah kami akan menghabiskan waktu jalan-jalan di pantai pangandaran ini, atau beralih haluan ke green canyon. Saya jujur lebih memilih ke green canyon, soalnya memang itu penyebab utama saya pengen ikutan touring, tapi sepertinya temen-temen yang lain udah ga kuat jalan lagi, alhasil keputusannya, kita ngabisin waktu di pangandaran, dan ke green canyon kalo masih ada waktu.
Pantai Pasir Putih


Full-Squad @Pasir Putih Beach
         Karena yang di bagian sini kurang menarik, kamipun mutusin buat nyebrang ke kawasan pasir putih, nyewa 1 sampan, yang dikenakan charge 15rb per orangnya, tapi ini gila sumpah, naik perahu kecil ke pulau seberang ngelawan ombak, beneran dah ini pengalaman pertama, naik perahu yang langsung nerjang ombak, jadi kayak wahana di dufan hahaha, tapi aslilah keren. Sekitar 10 menit kemudian kami sudah menepi di kawasan pantai putih, nah pantai yang ini baguss, masih biru ke ijauan gitu airnya, plus pasirnya putih n banyak pohon rindang, kerenlah, satu hal yang disayangkan, ombaknya gede, padahal katanya lumayan bagus biota bawah lautnya, jadi memungkinkan buat snorkeling, tapi gimana mau snorkeling ombaknya gede gitu?? Akhirnya kami menemukan spot yang nyaman buat tidur-tiduran dengan desiran angin laut, suara ombak yang bersahutan, plus “pemandangan” yang menarik mata hahaha. Haris ama Hasan mutusin buat muterin cagar alamnya, oh ya di pulau ini selain pantai juga ada cagar alam, katanya sih banyak monyet yang berkeliaran bebad plus ada ursa eh rusa cuy! Haha, sementara itu Iconk dengan semangatnya nyemplung ke laut, awalnya sendiri, karena Fathi ama Ahmed malu-malu haha, akhirnya mereka bertiga, plus Oka dan Mbak Alit, main-main di pantai, sisanya saya, Zen, dan Adi jadi pria-pria galau yang tidur-tiduran di tikar sambil ngobrol haha.

View from the top


Pangandaran's Seashore

       Sekitar 1 ½ jam disana, kami pun nyebrang kembali ke pangandaran, langsung mampir makan siang di warung padang (telur dadarnya enak nih disini) dan kembali ke parkiran sekitar jam 3, karena udah sore akhirnya batal ke green canyon :(, agak kecewalah but it is not about the destination, but it is about the journey right? Haha (menghibur diri sendiri), pulangnya bikin emosi aja, ketemu ama gerombolan orang-orang yang touring juga, ngeselin karena 3 hal, 1. Mereka berlagak kayak yang punya jalan, ngambil ¾ jalan, teriak-teriak sambil ngelambain tangan yang kesannya nyuruh kita buat minggir berasa raja lewat swt, 2. Knalpotnya, super berisik, lu pikir lu valentino rossi? Aneh-aneh aja, motor bebek kok ya dibikin kaya gitu -__-“ dan yang ke-3 norak abis!, bawa-bawa bendera, tongkat polisi lah bahkan ada yang bawa bendera persib, mau ngapain mas? Nonton bola? kok ya di pangandaran olahraga baru kali ya bola pantai zz. Eh, pas keselnya udah reda, tiba-tiba hujan lagi, kami langsung memakai jas hujan, dan berhent di pom bensin bentar, anak-anak mau sholat, lanjut jalan masih hujan, kejadian yang sama terjadi lagi kaca burem, kaca helm juga burem, sampai akhirnya saya mutusin buat lepasin kacamata, untungnya minus saya Cuma 1 ½ jadi walaupun agak ga jelas, masih lebih mending dibanding pake kacamata yang burem kena air hujan, si Fathi ampe ga berani bawa motor (minusnya jauh lebih gede), setelah mampir makan di “kota ciamis” kamipun mencari hotel disekitar sana, akhirnya nemu hotel larissa, lebih jelek sih dari yang di tasik, tp ya gpp, kami mesen 3 kamar + 3 extra bed total 480rb. Karena sekamar berempat jadi lebih rame,, tapi tetep aja saya tepar paling pertama, padahal niatnya pengen begadang selama setahun hari itu haha.


Hotel Larissa

3. The Immaturity

            Immaturity, karena saya ngerasa diri saya masih kekanakan di hari itu, masih gampang emosian, berfikir negatif, pokoknya bener-bener hari ke-3 ini hari yang paling nguras tenaga ama pikiran, hati ama pikiran sama-sama panas haha. Jadi seperti biasa, kami berangkat dari hotel larissa ciamis sekitar jam ½ 8 soalnya dapet sarapan nasi goreng ternyata dari hotelnya. Sebenarnya perjalanan awalnya asik, dari ciamis ke majalengka, jalannya bagus, Cuma sedikit yang bergelombang, dan viewnya juga mantep, kami sempet mampir ke salah satu pom bensin di daerah majalengka, yang ternyata punya back-side dengan viewnya yang bagus, view terrasering, gunung plus sawah, plus lagi ada kios kecil yang ngejual gorengan dengan harga 500 per gorengannya, absolutely one of the greatest SPBU I’ve ever visited haha soalnya toiletnya juga besar2 n bersih. Lanjut, ke arah subang, kami lewat jalan semacam bypass yang masih sepi, sumpah sepi banget, lancar abis, ga ada traffic light, pom bensin, persimpangan, pokoknya 30 km ga kerasa, apalagi di beberapa spot jalannya kita bisa ngeliat kupu-kupu beterbangan haha, serius kayak di film-film jadi sambil naik motor, banyak kupu-kupu yang lewat dan melintas, keren lah, tapi ya konsekunesinya panas banget, punggung tangan makin kebakar, makin belang deh haha.

Backside view SPBU di Majalengka

            Nah, di persimpangan subang ke arah jakarta lah mulai macet, jalan berlubang dan mulai timbul emosi di sepanjang jalur ini, emosi soalnya saya ngerasa mereka terlalu gimana ya, tiap kali berhenti, mau itu ngisi bensin, masang atau nyopot jas hujan (kebetulan pas itu hujannya labil, sebentar hujan sebentar reda), pasti ngeliat GPS a.k.a google map, bagus sih, cuma aneh aja, ini perasaan kita jalannya ga ada beloknya deh lurus-lurus aja, ya tinggal ngikutin aja kan, jadi ngebuang waktu 2-3 menit cuma buat ngecek posisi di google map, Akhirnya sampe juga di “kota” subangnya sekitar jam 1an, nah disini kejadian ngeselin kedua dimulai, emang sih jakarta tinggal 160km lagi, tapi bukan jadi alasan nyante-nyante kan, pertama mereka keliling subang buat nyari masjid agung, eh nyampe di mesjidnya malah ga ada airnya, kebuang percuma waktunya, kedua makan, lagi-lagi di warung padang (apa ga ada warung lain haha), disana juga agak lama, ketiga, setelah akhirnya mampir di mesjid yang lain, eh malah pada tidur -__-“, saya ga tau ini antara emang capek apa kebiasaan, tapi kesannya itu lho, jakarta masih jauh, keburu kemaleman. Sekitar jam ½ 3an akhirya kami berangkat lagi ke jakarta, ngelewatin jalur purwakarta yang sama pas berangkat, eh ga taunya jalurnya dialihkan, nah disini saya kesel lagi, masih aja ngecek gps, berusaha nyari jalur lain, ya aneh ajal lah, kalau di alihin ya udah pasti disediain jalur alternatiflah ini ujung-ujungnya ngabisin 5-10 menit dan tetep ngikutin jalur alternatif (you don’t say -__-“). 


After the Butterfly Road

         Nah, kemudian hal yang paling mengesalkan terjadi, sampai di daerah karawang, kami terpisah lagi, dan bahkan saya, ahmed dan adi sampai tersesat ke pintu masuk tol karawang-jakarta –a. Setelah tau jalan yang bener akhirnya kami berkumpul lagi di lotte mart cikarang, nah disini mulai kesel lagi, mereka malah asik membahas kenapa saya telat zzz. Waktu berangkat kembali, cuaca mulai gerimis sewaktu kami tiba di bekasi, dan lagi-lagi kami terpencar-pencar di bekasi, saya dan ahmed ntah berada di daerah mananya bekasi zzz, dan yang lain juga saling ga tau dimana, untungnya si hasan masih ingat jalan ke kalimalang stelah kami bertanya ke berbagai macam pedagang di pinggir jalan, akhirnya saya dan hasan berjalan dengan speed under 40kmh soalnya untuk ketiga kalinya dalam tiga hari berturut-turut hujan dan kacamata ini burem, kami janjian ngumpul di sekitar pasar genjing buat makan malam, waktu itu, jam sudah menunjukkan pukul ½ 9, dan ternyata malah kami yang nyampe duluan disana (sedikit takjub mengingat kami banyak stop buat nanya, plus speed yang lambat hehe).
Ngangkring sek :p

         Di Pasar Genjing itu, kami akhirnya beristirahat, menikmati segelas susu jahe dan makanan angkringan khas jogja, disana saya baru sadar, saya terlihat tidak dewasa saat saya dengan ketus menyuruh yang lain untuk cepat-cepat ke Jakarta, hehe, but despite everything that have already happened, that journey was really one of the most meaningful one in the year before hehe, maaf kalo emosi saya masih belum stabil hehe, memang setiap perjalanan selalu memberikan pelajaran bukan? :)

"It is good to have an end to journey toward; but it is the journey that matters in the end"
- Ernest Hemingway -

Tips
*Pastikan kondisi motor udah bagus, cek ban, rem, spion dll, jangan lupa bawa jas hujan, helm yang sesuai      standar, jaket, dan sarung tangan (biar ga belang kaya tangan saya)

*Siapkan fisik, bawa obat kalo perlu, ama siapin mental, banyak hal yang ga terduga yang mungkin terjadi selama di perjalanan.

*Hati-hati bawa motornya, jangan ngebut-ngebut, terutama waktu hujan dan turunan tajam, jangan nyalip di belokan, lampu dan klakson siap sedia, ya pokoknya standar berkendaralah.
·     
    *Cari tau mau kemana, dan bagaimana cara kesananya, biar ga sedikit-sedikit berhenti, jadi lebih efisien, dan tentuin mau ke objek wisata mana aja.


*Dan jangan lupa berdoa hehe :P
P

0 comments:

Post a Comment