
film-film dengan tema seperti ini mungkin bukan sesuatu yang langka, tapi saya benar-benar ga merasakan 100 menit menonton film ini, hehe entah kenapa saya merasa si pemuda ini memiliki beberapa kemiripan dengan saya, mulai dari ketidakmampuannya dalam berbagai hal, kesialannya dalam hubungan dengan seorang gadis, hidupnya yang monoton, bahkan ada beberapa bagian monolog atau responnya yang benar-benar mirip, seperti saat ia ditelfon ibunya dan ibunya berkata "I Love you" dia menjawab "me too" instead of "I love you too" atau saat ia mengakui bahwa dia tidak pernah "menembak seorang gadis", yah tipe pemuda yang butuh orang lain tapi menyukai kesendirian haha..
Film ini mampu menghadirkan suatu alur yang kompleks dengan tampilan dan setting yang sederhana, bagaimana kita melihat hidup dari mata seorang yang sakit, bagaimana jika kita harus menghadapi suatu operasi dengan kemungkinan hidup dan mati 50 banding 50? ya film ini memberikan suatu pelajaran sendiri bagi kita tentang menghargai momen, mensyukuri nyawa yang diberikan, memahami pentingnya keluarga dan seorang sahabat, sampai pelajaran bahwa cinta itu tidak butuh kesempurnaan, yah intinya ini film highly recommended lah saya ga ahli dalam mendeskripsikan suatu film dari segi teknis, seperti aktingnyalah, latar, atau musiknya, saya hanya bisa mendeskripsikan apa yang saya rasakan setelah menonton film ini hehe, but again this movie is great
"Every man that I met is always better than me at something, that's why I can always take a lesson from them"
- I Gde Nengah Tri Prasetya -
0 comments:
Post a Comment