Not all scars show, not all wounds heal. Sometimes you can't always see, the pain someone feels

- -

Saturday, December 4, 2010

Fanatism is the new Nationalism??

Haha judulnya emang agak serius, soalnya bahasannya juga bakalan agak serius, pemikiran ini timbul akibat kemenagan telak indonsia atas laos di pertandingan kedua piala AFF Grup A tadi malam.

Lho? Knapa? Apakah saya tidak senang dengan menangnya indonesia dengen telak??
hahaha tentu saja tidak, saya orang indonesia dan kali ini saya sangat bangga indonesia bahkan mampu "Mengganyang" malaysia dengan skor 5-1, bagi sebagian besar pencinta sepakbola di Indonesia, dua kemenangan beruntun ini ibaratnya seperti menemukan suatu oase di padang pasir yang sudah lama kering.

Kembali ke topik awal, apa itu nasionalisme?
hasil pencarian saya di situs online KBBI adalah sebagai berikut :

"(1) paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri; sifat kenasionalan: -- makin menjiwai bangsa Indonesia; (2) kesadaran keanggotaan dl suatu bangsa yg secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu; semangat kebangsaan
"

nasionalisme adalah suatu sikap yang konsisten, terarah, dan berkelanjutan, bukan suatu sikap yang secara tiba2 menyeruak dikala suatu keberhasilan berhasil negara ini raih, dan secara tiba2 pula hilang disaat negeri ini mengalami suatu kegagalan.

terkadang miris jika saya mendengar percakapan seperti ini :

A : oi B!!
B : hm? kenapa?
A : kemaren keren banget yah indonesia mainnya 6-0 coy!!
B : ha? dalam rangka apaan tuh? lawan siapa?
A : Ah, parah lu B, mana rasa nasionalisme lu? masa negara kita main lo ga nonton?

nah, percakapan seperti ini mungkin sehari-hari udah sering kita semua dengar, tak hanya di olahraga, disaat simpang siur berita politik, maupun bencana alam, banyak sekali pihak2 yang mengaku rasa nasionalismenya tiba2 "muncul". apakah dengan menonton kemenangann indonesia lalu seseorang bisa dibilang nasionalis? kemudian mencaci maki negara lain dengan alasan membela negara sendiri juga termasuk sikap nasionalisme, satu lagi, apakah kita menyumbangkan harta benda kita untuk korban bencana dengan maksud agar orang2 mengira kita memiliki rasa nasionalisme yg tinggi?

mungkin kedengarannya saya sedikit skeptis, tapi inilah kenyataan yang terjadi di indonesia saat ini,, suatu penilaian itu dilakukan tidak secara objektif, mereka berkumpul, mencari orang2 yang memiliki pandangan yang sama, lalu kemudian menetapkan preferensi mereka sebagai suatu sikap yang "baik" dan menetapkan hal-hal diluar preferensi mereka sebagai hal-hal yang "buruk". tentu saja kita dan mereka tahu bahwa sebanarnya preferensi mereka belum tentu "benar", tapi ya karena jumlah pendukung mereka banyak, ya apa mau dikata, di negara ini suara terbanyaklah yang kemungkinan besar akan menang.

seperti saat ini, dikala PSSI mampu melibas lawannya dengan mudah, berbondong-bondong orang tiba-tiba bersuka cita, mengeluk-elukan pemainnya, serta memuji-muji permainannya. saya tidak menyalahkan sikap ini, karena ini adalah hal yang wajar terjadi, sayapun senang dan bangga Indonesia akhirnya mampu bangkit kembali setelah sekian lama. tapi yang sy tidak sukai adalah ketika beberapa orang, mulai mengait-ngaitkan kehadirannya di lapangan, atau teriakan2nya selama menonton pertandingan tersebut dan menyatakan bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah suatu bentuk nasionalisme terhadap bangsa,

oh come on, you said yourself nationalist enough, just because you watch the game and screamed loudly to support our team?

hedeeh2 dulu aja, giliran tim kita kalah, banyak yang caci-maki, sumpah-serapah menghakimi permainan tim yang buruk, kesel sana, kesel situ, ga cuma bola, liat aja badminton, hal yang sama terjadi, waktu indonesia juga menjadi 3 negara terkorup apa yang mereka lakukan??

instead of together find a solution and solve the problem, they just whining, mocking, talking about how bad is indonesia, hate to be an indonesian, they all doing it without giving any advice or even just a bit suggestion??

tapi sekali lagi, saat itu mereka juga dianggap "benar" dan "wajar" sebab itu tadi, telah tercipta suatu kesepakatan yang tidak sengaja diantara mereka-mereka yang berpikiran sama. karena banyak yang berpikiran seperti itu, jadi mereka menganggap hal itu wajar, dan tidak salah untuk dilakukan.

Ya inilah Indonesia, negeri dengan keragaman manusia dan pola pikir, saya menulis ini bukan karena saya seorang nasionalis sejati, saya juga belum pantas disebut sebagai nasionalis, ya setidaknya saya tidak pernah menganggap diri saya seorang nasionalis hanya karena melakukan hal-hal yang sebagian besar orang lain akan melakukannya.

Jadi, apakah kita ingin membuat suatu fanatisme paham bersama menjadi suatu sikap yang kita sebut nasionalisme??

0 comments:

Post a Comment