Yah, bulan Mei kemarin adalah bulan yang suram bagi mereka yang menginvestasikan uangnya dalam bentuk saham, rupiah, emas, komoditas tambang dan perkebunan, reksadana, dan lain sebagainya, sebab hampir semuanya mengalami penurunan terbesarnya untuk tahun ini, bahkan saham dan minyak mentah berada di posisi terendahnya tahun ini.
Cut-loss adalah hal pertama yang saya bayangkan ketika IHSG mengalami fase
bearish, cut-loss adalah istilah yang digunakan ketika seorang investor memutuskan untuk menjual seluruh instrumen investasinya, sebelum kerugian yang terjadi semakin membesar, untuk saham, biasanya titik cut-loss adalah titik
support kuat sebuah saham, dan akibatnya hampir 2 minggu saya tidak trading apa-apa sambil menunggu perkembangan IHSG, oh ya saya tidak menjual semua portofolio saya haha, karena beberapa saham seperti Eterindo Wahanatama (ETWA), dan Metrodata Electronics (MTDL) tidak mengalami penurunan yang cukup jauh, disamping itu kedua perusahaan ini kinerjanya sangat bagus di Q1 jadi saya masih berharap bisa
rebound haha.
Nah, daripada ga ada kerjaan mending saya mencoba untuk membandingkan kinerja perusahaan-perusahaan konstruksi yang listing di IHSG, perusahaan konstruksi merupakan bagian dari kelompok "Property" di IHSG, dimana Property adalah sektor yang mengalami pertumbuhan terbesar di tahun ini, sektor property dari awal tahun sampai awal juni ini telah tumbuh positif 8% walaupun IHSG negatif 4-5%, menjadikan sektor property di IHSG dari tahun 2011 adalah sektor yang memberikan keuntungan terbesar bagi para investor. Oleh karena itu saya mencoba membandingkan 4 perusahaan konstruksi terbesar di Indonesia, karena perusahaan-perusahaan ini juga memberikan imbal hasil yang lumayan besar hingga juni ini,
and here they are :
1. Adhi Karya (ADHI)
Pasti gambar disamping bukan merupakan gambar yang asing bagi kita, saya melihat sign ini di bandara ngurah-rai yang sedang di renovasi. ADHI adalah sebuah perusahaan konstruksi yang didirikan tahun 1960, ADHI adalah perusahaan yang sepenuhnya milik pemerintah, sampai di Tahun 2003 pemerintah memutuskan untuk melepas 49% kepemilikannya ke publik dengan melaksanakan IPO, yang membuat Adhi Karya sebagai perusahaan konstruksi pertama yang listing di IHSG pada waktu itu.
Usaha konstruksi yang dilakukan oleh ADHI diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu
Proyek Infrastruktur, yaitu proyek konstruksi yang dilakukan oleh ADHI untuk membangun infrastruktur seperti jalan, jembatan, irigasi, bandara, pelabuhan, dan lain sebagainya. Sedangkan yang kedua yaitu
Proyek Bangunan, yaitu proyek konstruksi ADHI yang berhubungan dengan hotel atau perkantoran, rumah sakit, tempat tinggal, pabrik, pembangkit listrik, bangunan sinyal telekomunikasi, dan masih banyak lainnya. ADHI membagi line businessnya menjadi 3, pertama adalah konstruksi, kedua adalah EPC (Engineering, Procurement, Construction) dan yang ketiga adalan Investasi, walaupun line bisnis yang kedua dan ketiga lebih bersifat penunjang bagi pihak ADHI sendiri. Head Officenya terletak di Jalan Pasar Minggu Jakarta dengan lebih dari 20
construction divison yang tersebar di seluruh Indonesia, 1 EPC division di kebayoran baru, serta 2 divisi internasional yang terletak di Oman dan Qatar, maka jelas bukan bahwa ADHI adalah salah satu perusahaan yang matang, tau ga jembatan suramadu? Jembatan terbesar di Asia Tenggara yang dibangun dengan dana 4,7 trilliun rupiah itu, adalah konstruksi jembatan yang pembangunannya dipimpin oleh perusahaan ini haha.
Karena udah masuk Q1, jadi yang saya lihat cuma kondisi keuangannya di Q1 3 tahun terakhir
Terlihat bahwa performanya hampir tiap tahun mengalami kenaikan, kecuali di tahun 2012 ini Utang Jangka Pendeknya naik, dan disaat yang sama Utang Jangka Panjangnya turun, tapi secara overall D/E Rationya turun dari 0,96 menjadi 0,87, oh ya revenue nya turun tapi Operatin ama Net Profitnya naik, artinya cost efisiensi nya sudah semakin baik, terus satu hal yang cukup menarik adalah PER nya yang tinggi yaitu analyze 2012 nya sebesar 77,97x, yang menandakan saham ini dihargai sudah sangat tinggi, bahkan dengan RoA dan RoE nya yang tidak sampai 5%, hal ini sedikit membuat ADHI
overvalued apalagi dari gambar diatas terlihat bahwa Quick Ratio ADHI sangat kecil dengan Cash 250B dan ST Borrowing sebesar 829,4B.
2. Wijaya Karya (WIKA)
Logo disamping juga kayaknya ga terlalu asing kan? Yang sering ke bandara pasti ngeh dengan lambang ini, haha Ya Wijaya Karya adalah salah latu lead-construction dalam pembangunan Soetta "Aerotropolis" 2014. WIKA dibentuk dari nasionaliasasi perusahaan Belanda Nv Vis en co. pada tahun yang sama dengan ADHI yaitu 1960. Wijaya Karya, sama halnya dengan ADHI adalah perusahaan yang awalnya 100% milik pemerintah, sampai tahun 2007, dilakukan IPO dengan melepas kepemilikan pusat sebesar 28,46% ke publik. WIKA memiliki 5 anak perusahaan untuk lebih mengoptimalkan performa perusahaan di tiap divisinya, kelima perusahaan itu antara lain : PT. Wijaya Karya Beton untuk spesialisasi produk beton, PT. Wijaya Karya Realty untuk spesialisasi divisi Realty, PT. Wijaya Karya Intrade sebagai pengembangan divisi Industri dan Perdagangan, PT. Wijaya Karya Gedung untuk spesialisasi pembangunan
high-rise building, serta PT. Wijaya Karya Insan Pertiwi yang merupakan akuisisi 70% saham PT. Catur Insani Pertiwi, dan tahun 2009 bersama dengan PT. Jasa Sarana dan RMI, WIKA mendirikan PT. Wijaya Karya Jabar Power yang bergerak dibidang konstruksi Pembangkit Listrik Tenaga Panas (PLTP), dan dengan semuanya itu WIKA berupaya menjadikan dirinya sebagai perusahaan EPC dan Investasi terintegrasi terbaik di Asia Tenggara. WIKA sendiri membagi bisnis unitnya menjadi 4 yaitu
Konstruksi Sipil yang bergerak dalam pembangunan beberapa pembangkit listrik,
Konstruksi Bangunan, yang bergerak dalam pembangunan rumah hunian, maupun perkantoran,
Rencana Industri, yang membagun pabrik-pabrik, dan kilang minyak, serta
Energi, yang fokus ke EPC untuk pembangkit listrik.
Performa WIKA terlihat cukup bagus, Profitnya terlihat terus mengalami kenaikan dalam 3 tahun terakhir, walaupun Cash nya agak sedikit berkurang, PER nya berkisar di 14,74x jauh lebih rendah dari ADHI, walaupun RoA dan RoE nya agak sedikit stagnan dari tahun ke tahun, disamping itu Current Rationya >1 dan D/E Ratio hanya 0,24 menyebabkan kita bisa lebih merasa aman, jika sewaktu-waktu WIKA terpaksa membayar utangnya haha.
3. PP (PTPP)
PTPP didirikan pada tanggal 26 Agustus 1953 dengan nama NV Pembangunan Perumahan. PP adalah perusahaan yang membangun Hotel Indonesia yang saat itu adalah bangunan tertinggi di Indonesia. PP baru listing di bursa pada Februari 2010.
PP sendiri membagi bidang kerjanya menjadi 3, yaitu Construction Service, yang meliputi pembangunan Konstruksi Publik, seperti Bangunan tingkat-tinggi, pembangkit listrik, jalan dan jembatan, serta waduk dan irigasi, Property and Realty, adalah line-business PP di bidang pembangunan hunian/rumah tinggal seperti Apartemen, Hotel, Perkantoran, Mall, Pusat Perdagangan, dan Perumahan. Investment in Infrastructure Project, adalah bagian yang berfokus pada sektor infrastuktur yang salah satunya sedang dikerjakan adalah pembangunan jalan tol Depok-Antosari. PP tidak memiliki anak perusahaan, tapi PP berinvestasi pada 3 perusahaan lainnya seperti PT-PP Taisei Indonesia Construction sebesar 15%, PT. Mitracipta Polasarana yang bergerak dibidang Rental and Office Space sebesar 4,6%, serta PT. Citra Waaspphutowa sebesar 12,5% yang bergerak di manajeman jalan tol (proyek depok-antosari).
Karena didirikan di Q1 2010 maka laporan Q1 2010 nya belum ada haha, dan untuk melihat data 2 tahun kayaknya kurang deh, jadi biasa di buka di situs officialnya untuk melihat annual report 2011 untuk 5 tahun terakhir. Dari yang saya lihat di annual reportnya, kinerja PP lumayan bagus, hampir tiap tahunnya terus mengalami perkembangan.
4. Total Bangun Persada (TOTL)
Total Bangun Persada adalh perusahaan konstruksi yang didirikan sekitar tahun 1970, sama seperti ketiga perusahaan lainnya diatas, TOTL mempunyai beberapa fokus, yang pertama adalah Construction Building, yang berfokus kepada pembangunan seperti office dan commercial building atau industrial buildings dan resorts, sedangkan yang kedua adalah komitmen perusahaan untuk memberikan standar internasional kepada bangunan-bangunan yang akan dibangun di Indonesia, dengan demikian Total lebih berfokus kepada added-value yang diberikan oleh perusahaannya dibanding dengan fisik bangunan itu sendiri. TOTL listing di bursa sejak tahun 2006, dan selain di bidang konstruksi, perusahaan ini juga bergerak dibidang Design and Building, jadi TOTL tidak hanya bisa membangun, tetapi juga bisa membuatkan design bangunan yang akan dibangun sesuai dengan permintaan dari client, fitur unik yang tiga perusahaan sebelumnya tidak memilikinya. Untuk laporan keuangannya sendiri bisa dilihat sebagai berikut :
Terlihat bahwa perusahaan ini sedang di jalur yang benar, cash terus meningkat, pinjaman berkurang, EPS bertambah, mungkin yang agak aneh di bagian revenuenya dan profit, sekilas terlihat kalo net profitnya meningkat, padahal operating profitnya menurun, jadi sebenarnya untuk Q1 2012 kinerja TOTL bisa dibilang sedikit menurun dibanding Q1 2011.
Nah, lalu perusahaan manakah yang paling bagus untuk dijadikan investasi, itu semua tergantung dari masing-masing, mungkin kita bisa melihat website masing-masing entitas untuk mengetahui lebih lanjut tentang perusahaan, proyek-proyek apa saja yang in progress serta bagaimana strategi perusahaan ke depannya, tapi kalo kita lihat dari performa Q1 2012 dan perbadningan harga sahamnya saat ini kita bisa melihat di tabel ini :
Sales Growth terlihat bahwa WIKA dan PTPP berhasil tumbuh lebih dari 10% dari Q1 2011 ke Q1 2012, sementara ADHI negatif 5,38% dan TOTL negatif 16,13%, hal ini menandakan WIKA dan PTPP kinerjnya cukup baik untuk Q1 tahun ini.
Profit Growth walaupun ada yang Salesnya negatif tetapi keempat perusahaan membukukan Gross Profit, Operating Profit, serta Net Profit yang positif di Q1 ini, dengan WIKA memimpin di Gross Profit, sedangkan untuk Operating Profit dan Net Profit tidak berbeda terlalu jauh,
EPS dan PER EPS adalah seberapa besar earning yang didapat dari 1 lembar saham yang bersangkutan, disini terlihat WIKA lagi-lagi berada di depan, dan ADHI lagi-lagi berada di belakang, dan untuk PER terlihat harga saham yang masih "murah" adalah WIKA dan TOTL, sedangkan ADHI dihargai sangat mahal, mungkin memang ada beberapa hal yang menyebabkan hal itu hehe
RoA RoE pengembalian atas aset dan ekuitas terbesar dimiliki oleh TOTL, menandakan bahwa TOTL adalah perusahaan yang sedang giat berkembang, WIKA juga memberikan Return yang lumayan, sedangkan ADHI dan PTPP tidak sampau 10% dalam setahun haha.
D/E Ratio dan PTPP memiliki rasio hutang terhadap modla yang paling tinggi, disusul oleh ADHI, untuk WIKA dan TOTL rasionya sudah termasuk sangat rendah.
Jadi dari data ini manakah menurut kalian yang paling layak untuk dikoleksi? atau kita bisa melakukan valuasi terhadap masing-masing saham haha
"Never test the depth of the water with both feet"
- Warren Buffet -