Not all scars show, not all wounds heal. Sometimes you can't always see, the pain someone feels

- -

Wednesday, November 30, 2011

Respect?

"aku adalah engkau, engkau adalah aku, aku dan engkau adalah sama"

adalah salah satu definisi kasar dari Tat Twam Asi, salah satu slogan terkenal bagi kami umat Hindu yang mengajarkan bahwa semua makhluk hidup di dunia ini adalah sama, baik saya, kamu, maupun mereka adalah tidak berbeda dimata Tuhan,

namun mengapa beberapa orang selalu bertindak seolah-olah mereka lebih tinggi daripada teman-temannya? dan selalu mendominasi seolah-olah kedudukan mereka jauh berada lebih tinggi?

lagi-lagi perjalanan saya ke jogja, memberikan saya sebuah pertanyaan baru yang harus dijawab, saya masih belum paham, apakah memang saya terlalu naif sebagai manusia, apakah ekspektasi saya terlalu tidak masuk akal, ataukah memang pola pikir saya masih sangat ketinggalan jaman, yang jelas walaupun saya menikmati jalan-jalan dan acaranya, tetapi saya benar-benar tidak menikmati obrolan yang terjadi di luar acara dan jalan-jalan tersebut..
ketika kita diberikan suatu kesempatan untuk dapat berkumpul ber-30, kenapa kesempatan itu tidak dimanfaatkan dengan maksimal? yah begitulah, rasa tidak enak mulai muncul saat kami menunggu kereta di stasiun, saya mendengar 1-2 orang mulai memperbincangkan hal yang sama, yah yang ada kaitannya dengan acara pernikahan hepy (alasan kami datang ke jogja).

begitu memasuki kereta dan duduk di tempat masing-masing, obrolan tentang topik yang sama berlanjut bahkan semakin banyak saja yang nimbrung, puncaknya terjadi setelah kami pulang dari tempat hepy, di penginapan bahkan lebih 1/2 dari kami berkumpul di teras depan rumah sambil ngakak menertawakan seseorang teman kami yang masih dalam topik pembicaraan yang sama, dan lagi-lagi sampai perjalan balik ke jakarta pun mereka masih membahas topik yang sama..

bercanda memang bumbu sebuah pertemanan, ketika seorang temanmu mulai menyindir sesuatu tentangmu itu adalah hal yang sangat wajar terjadi, karena memang harus diakui dengan cara seperti itulah keakraban dapat dengan cepat terjalin, namun bukankah menjadi sangat kelewatan ketika lebih dari 10 orang temanmu terus-menerus membahas orang yang sama selama 3 hari berturut-turut?

mungkin salah dia juga sampai mencurahkan segala sesuatunya ke jejaring sosial dan keteman-teman "palsu" yang ia percayai, sehingga semua orang menjadi tahu tentang apa yang terjadi dan tidak mampu mengontrol diri mereka untuk tidak membicarakan masalah tersebut, yah bercanda sih boleh-boleh aja tapi coba bayangkan diri kalian di posisinya, dibicarakan dibelakang oleh hampir 20 orang yang justru mendapatkan sebuah kesenangan dari kesusahan yang kalian alami, bukankah itu sangat tidak mengenakkan? oh ya mungkin kalian tidak bisa membayangkan dan tidak mungkin bisa berada di posisinya, sebab kalian membuat suatu kesepakatan tidak tertulis diantara kalian bukan?

cobalah untuk memahami posisinya, dan cobalah untuk mulai menghargainya, memang saya sendiri awal-awalnya juga ikut tertarik membicarakan topik tersebut tapi lama-kelamaan aneh juga membahas itu-itu melulu --a. yah ini hanya tentang menghargai, gimana mau menghargai orang lain kalo menghargai teman sendiri aja ga bisa,,

dan lagi-lagi sayapun ga berani buat ngomong langsung kepada mereka,  so it solves nothing right? haha

"do not share your pathetic things in your life on socmed,the readers,which probably are ur friends, just don't give a damn bout it or even make fun of it.."
- Hafiizh Anugrah Pratama -

Tuesday, November 29, 2011

Junk File #5

ketika kau memiliki kemauan tetapi tidak mempunyai kemampuan bukankah kau hanya akan menjadi beban bagi orang lain?


apalagi disaat keinginanmu tersebut hanya didasari oleh sebuah motif yang bernama "eksistensi"
menjadi seorang badut yang ditertawakan oleh orang lain apakah suatu pengorbanan yang sepadan dengan apa yang kau sebut eksistensi itu?
bukankah kau terbiasa menikmati setiap detikmu sendirian?
walaupun hanya sedikit temanmu, setidaknya kau tidak perlu memakai berbagai macam topeng dan berbohong setiap harinya bukan?
bahkan menulis hal memalukan seperti ini dulupun tak pernah kau lakukan..
dan sekarangpun kau mulai mempertanyakan kembali apa yang dulunya sangat kau percayai..


haha, membuat tulisan2 sampah seperti ini memang memalukan

"God has given you one face, and you make yourself another"
- William Shakespeare -

Thursday, November 24, 2011

Logic + Feeling = Lie?

Ketika logikamu tidak sejalan dengan perasaanmu, maka saat itu kau akan otomatis dipaksa untuk berbohong.


haha sebenarnya "kau" yang dimaksud adalah diri saya sendiri, saya tidak tahu apakah semua orang akan merespon dengan reaksi yang sama dengan saya jika mereka dihadapkan dengan kondisi yang serupa, namun bagi diri saya sendiri, berbohong bukan hal yang jarang saya lakukan, sebab mungkin bagi saya berbohong adalah suatu pelarian terbaik dari suatu masalah atau suatu kondisi ketidaknyamanan yang saya alami..

ada contoh beberapa kasus dimana saat saya dihadapkan dengan suatu pertanyaan atau masalah yang membuat saya selalu berbohong :

Kasus I
seorang teman yang baru saja membeli pakaian/tas atau apalah yang saat itu baru ia kenakan, dan tiba-tiba ia bertanya "Nik, bagus ga tas/bajuku?", terkadang secara logis jelas-jelas apa yang ia kenakan saat itu tidak cocok atau pas, namun saya agak segan untuk mengatakannya secara jujur karena bisa saja ia tersinggung atau sedih bukan? nah ujung-unjungnya saya akan berbohong dengan mengatakan bahwa apa yang ia kenakan saat itu "cocok" atau saya lebih sering untuk menggunakan kata "lumayan", nah ini salah satu bentuk kebohongan yang paling sering kita lakukan sehari-hari hehe..

Kasus II
sewaktu rapat kecil di kantor mengenai persiapan sosialisasi, seorang kasi bertanya kepada saya, "Nikki, gimana absen, nominatif, dan kuisionernya? sudah semua?" fakta dilapangan, saya belum mempersiapkan satupun bahan-bahan yang disebutkan tersebut, namun, karena sebenarnya berkas-berkas itu dapat disiapkan dalam waktu yang tidak lama dan karena takut akan ditegur/dimarahi ketika saya menjawab jujur, hal ini ujung-ujungnya  akan membuat saya mengatakan bahwa berkas-berkas tersebut sudah saya siapkan, berbohong lagi bukan? haha

Kasus III
Kembali ke lingkungan kantor, pernah suatu kali kertas Verbal di subdit saya habis, dan saat itu saya malas sekali rasanya meminta kertas ke TU, biasanya saya akhirnya akan meminta kertas itu ke subdit lain, biasanya percakapan yang akan terjadi sebagai berikut : "X, minta kertas verbal dong, ditempatku habis nih" "kalo habis minta ke TU aja nik" saya pun akan meresponnya dengan mengatakan "di TU juga habis katanya" haha lagi-lagi saya berbohong,


Shinzanmono, suatu serial jepang yang saya temukan di server, sedikit banyak membahas mengenai tentang yang namanya kebohongan, di setiap prolog episodenya, serial ini selalu mengatakan bahwa setiap orang itu berbohong untuk terus dapat melanjutkan hidupnya, mungkin ada benarnya karena disaat ini kita susah sekali menemukan seseorang yang benar-benar jujur, dalam serial itu juga dikatakan bahwa ada tiga jenis kebohongan yang sering diucapkan seseorang :

1. Lie to Protect Yourself
merupakan bentuk kebohongan yang paling umum, berbohong untuk melindungi diri sendiri, Kasus II diatas merupakan salah satu contoh kebohongan untuk melindungi diri sendiri, sebenarnya saya berfikir ketika saya mulai berbohong untuk melindungi saya sendiri, bukankah berarti saya belum siap untuk menerima segala kemungkinan reaksi yang akan timbul ketika seandainya saya berbicara jujur?

2. Lie to Deceive Others
adalah melakukan suatu kebohongan untuk menipu orang lain, Kasus III diatas adalah bentuk kebohongan untuk menipu orang lain, ya tujuannya jelas untuk menguntungkan diri sendiri, it sounds really cruel right?

3. Lie to Protect Others
tak jarang pula orang-orang berbohong untuk melindungi orang lain, terutama orang-orang yang sangat mereka sayangi. saya sering sekali menjadikan hal ini sebagai alasan untuk melakukan suatu kebohongan, dan kasus I diatas adalah bentuk kebohongan untuk melindungi teman saya itu, something sounds weird right?

kembali ke serial Shinzanmono, hampir setiap episodenya terdapat pesan tersirat bahwa apapun jenis kebohongan yang kita lakukan, dengan alasan apapun, yang namanya berbohong tetap saja adalah suatu perbuatan yang salah, walaupun itu berbohong untuk melindungi orang lain..

ketika kita merasa telah memahami apa yang dirasakan oleh seseorang yang kita ingin "lindungi" dengan kebohongan, kita menjadi merasa seolah-olah mengerti bahwa berbohong adalah pilihan yang paling tepat untuk dilakukan, memang awalnya orang itu akan merasa senang, tetapi begitu mereka mengetahui kita berbohong, maka efek buruk yang akan dirasakan akan jauh lebih berat dibandingkan bila kita dari awal bertindak jujur..

Sewaktu saya baru menjalani ospek di kampus statistika ITS, kebetulan saya memiliki seorang teman yang sama-sama dari Bali, sempat di sela-sela ospek dia bercerita lumayan lama mengenai alasannya tidak memilih STAN (saat itu popularitas STAN di Bali sedang tinggi-tingginya), kemudian dia tiba-tiba bertanya kepada saya "ci engken nik? sing ngalih STAN?" yang artinya kira-kira "kamu gimana nik? ga nyari STAN?" karena saya mengetahui dia tidak terlalu suka dengan STAN, saya spontan menjawab "nggak", dan begitu dia tahu saya keterima di STAN, semenjak itu kami sudah tidak berkomunikasi sampai sekarang haha, padahal selama ospek akrab banget, maklumlah sama2 orang Bali..

yah begitulah instead of protecting them, you just made them worse tapi memang harus saya akui, saya susah sekali untuk tidak berbohong, walaupun saya tahu bohong itu salah,
so? am I selfish if I expect my friends to speak honestly to me while on the other side sometimes I speak lies?


"a lie tastes good but it goes stale quickly, the truth tastes bad but lasts forever"
- Seiichi's Mother, Shinzanmono ep.1 -

Wednesday, November 9, 2011

Get Married?

Caution : Jangan dibaca kalo ga pengen muntah wakaka.

haha, judulnya, lagi-lagi ada kejadian yang men-trigger saya untuk memposting hal ini,,

baru saja, saya menerima sebuah undangan pernikahan dari salah seorang wanita yang banyak sekali pengagumnya, termasuk saya, :P Hepy Siskayani adalah seorang teman yang sangat mandiri dan kuat sebagai seorang wanita, serta taat beragama, sederhana dalam penampilan, santun, serta tak lupa posturnya yang mungil dan wajahnya yang imut dan manis membuat banyak sekali teman-teman saya yang berusaha untuk mendapatkan hatinya (yaelah haha), dia salah satu teman wanita yang saya kagumi dengan segala kelebihannya tersebut.

Kesan pertama begitu mengetahui kabar pernikahannya tentu saja kaget, apalagi calon suaminya adalah Tian, teman satu angkatan saya juga di DJPK, namun saya yakin ada beberapa hal yang membuat mereka sudah siap untuk berkomitmen walaupun proses pendekatannya hanya 5 bulan, haha dan bukan hak saya untuk mempertanyakan alasan mereka lebih lanjut.

Begitu saya menerima undangan berwarna hijau dengan hiasan pita tersebut, satu pertanyaan langsung timbul di pikiran saya, "Giliran saya kapan?" hahaha, tapi benar inilah untuk kali pertama saya mulai berfikir serius tentang yang namanya menikah dan membangun suatu keluarga, tapi entah kenapa saya ini payah, banyak banget pertimbangan yang saya pikirkan sebelum benar-benar siap untuk menikah, beberapa pertimbangan itu antara lain :
Girlfriend :
Hey, Im still single at the moment haha, punya cewek aja belum gimana mau mikirin nikah, iya ga? Im not a typical guy who easily fall in love with girls, tapi kalo udah suka, bakal mikirin terus tuh cewek, bahkan sampai sekarang pun saya masih mikirin seorang cewek yang saya taksir dari kelas 2 SMA haha, cuma payahnya waktu itu saya sama sekali ga memiliki keberanian buat nembak tuh cewek haha, yah intinya cari cewek dulu lah baru mikirin nikah hahaha

Establishment
saya selalu berfikir bahwa ketika saya menikah, saya memiliki tanggung jawab penuh untuk menghidupi istri saya kelak, jadi minimal setidaknya saya sudah harus memiliki kesiapan dari segi materi, nah sekarang? punya motor aja belum, punya rumah apalagi, investasi masa depan belum ada, gimana mau ngidupin istri kalo kaya gitu ceritanya? haha

Mental Strenght
dan saya belum 100% siap dari segi mental, saya bukan seorang penganut agama Hindu yang baik, jadi saya  masih belum siap untuk memimpin istri saya nantinya, belum lagi masalah adat Bali yang cukup rumit dan kompleks, selain itu sikap saya masih kadang kekanak-kanakan masih suka main game, hedon-hedon ga jelas, buang-buang waktu percuma, kamar belum rapi, haha dll.

intinya untuk ngurusin diri sendiri saja saya belum becus, gimana dikasi tanggungjawab untuk ngurusin istri juga? haha jadi kayaknya bakalan masih lama deh, kecuali ada satu-dua hal yang mungkin bisa membuat saya siap, yah we'll see :P

"Being single is a lot wiser than being in a wrong relationship"
- Reni Widyastuti -

Tuesday, November 1, 2011

1 Year of Changes

this is one of the most meaningful 1 year periods in my life, cause it means one year of works for me, hence, it is the period of time which I really learn so many things about myself, and of course about this life.

Sincere, Sacrifice, and Grateful
ketiga kata tersebut adalah prinsip yang mulai saya tanamkan beberapa saat setelah saya merasakan bagaimana itu dunia kerja, walaupun saya bukan seorang pemeluk agama yang rajin, tetapi saya tahu weda mengajarkan kami umat Hindu, bahwa segala perbuatan kita di dunia ini adalah yadnya atau pengorbanan, di dunia saya yang baru ini saya mulai belajar untuk selalu ikhlas dalam setiap pekerjaan yang saya lakukan, dan belajar untuk sedikit demi sedikit mulai mengorbankan baik itu materi maupun perasaan yang saya miliki, dan tentunya berusaha untuk selalu mensyukuri apa yang saya miliki ketika suatu kondisi tidak ideal sedang saya rasakan.

Berkata memang mudah, saya masih terkadang sukar dalam menerapkan prinsip saya sendiri, masih seringnya saya mengeluh, merasa diperlakukan tidak adil, atau apalah lainnya tindakan-tindakan dan perasaan yang timbul akibat ketidakmampuan saya di dalam mengontrol diri sendiri, yah setidaknya setahun ini saya yakin semuanya sudah sedikit lebih baik :)

Great People
setahun ini saya mulai menemukan banyak sekali orang-orang hebat di sekeliling saya, beberapa dari mereka adalah orang-orang cerdas yang sangat berkompeten dalam menguasai ilmunya masing-masing, beberapa lagi adalah orang-orang dengan prinsip hidup yang sangat kuat, mereka adalah orang-orang yang sangat teguh, yang mampu dan berani tampil sebagai dirinya sendiri, dan saya benar-benar belajar banyak sekali dari mereka yang mempunyai segudang pengalaman hidup, mereka yang sudah dipaksa untuk hidup sendiri sedari kecil, mereka yang sanggup bekerja di kementerian keuangan dengan kondisi ekonomi mereka yang dulunya sangat sulit, haha pokoknya mereka adalah orang-orang yang sangat saya hargai, dengan pengalaman hidup mereka yang begitu banyak, saya jadi merasa sangat kerdil di hadapan mereka, dengan kehidupan saya yang sangat biasa haha.

Reality
saya juga belajar banyak mengenai realita kehidupan, bahwa dunia ini bukanlah negeri dongeng yang akan selalu berakhir dengan kisah yang membahagiakan, dunia ini juga bukan tempat dimana semuanya yang kelihatan baik adalah benar-benar baik, dunia ini juga sangat beragam, berbagai macam pola pikir, kegemaran, serta tujuan hidup yang berbeda-beda membuat konflik, cek-cok, perselisihan adalah sesuatu yang harus kita selesaikan bukan sebaliknya dihindari.
Intinya ya, sebenarnya dunia yang sudah saya explore baru sangat sedikit, mungkin apa yang saya temui sekarang ini belum ada apa-apanya, semoga saya bisa lebih siap untuk menemukan fakta-fakta mengejutkan lainnya yang masih mengantre di depan jalan ini haha.

Love, Affection, Care, and Admiration
di tahun ini saya belajar bahwa cinta, sayang, peduli, dan kagum adalah hal-hal yang sangat mirip tetapi juga jauh berbeda, ketika saya menganggap bahwa cinta itu bisa berasal dari rasa kagum ternyata saya salah, lalu saya juga menjadi sangat peduli dengan beberapa orang teman saya layaknya seperti seorang saudara, di periode ini jugalah untuk pertama kalinya rasa sayang saya kepada keluarga mampu membuat saya menangis, begitu memikirkan betapa bodohnya saya selama ini menjadi orang yang sangat cuek..

DJPK
dan setahun ini sangat berarti salah satunya adalah karena instansi tempat saya bekerja saat ini, saya harus bersyukur di tempatkan di instansi ini, sebab pola pikir saya menjadi lebih terbuka, dan sekarang saya benar-benar merasa memiliki instansi ini, thanks DJPK :)


"ii nokono michi de atteru? Itsumo fuan de yureteita no sa (is it ok? is this path correct?"
I was always shaken by anxiety)"

-Monkey Majik, Together-